Saat ini, kita mungkin sudah sangat akrab dengan tabung APAR modern bertekanan tinggi atau sistem sprinkler otomatis di gedung-gedung pencakar langit. Dengan sekali tarikan pin, api bisa ditaklukkan dalam hitungan detik. Tapi, pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya-tanya, bagaimana nenek moyang kita melawan si jago merah dengan teknologi yang jauh lebih terbatas? Jauh sebelum tabung merah ikonik itu ada, masyarakat kita memiliki sederet alat pemadam kebakaran tradisional yang tak kalah hebatnya. Ini bukanlah teknologi usang, melainkan bukti nyata dari kecerdasan, semangat gotong royong, dan kearifan lokal dalam menghadapi bencana. Mari kita lakukan perjalanan waktu untuk mengenal 7 “pahlawan” pemadam api yang dulu menjadi andalan utama.

Baca Juga : Alat Pemadam Tradisional yang Masih Bisa Diandalkan
7 Alat Pemadam Kebakaran Tradisional yang Menjadi Tulang Punggung Keamanan Masa Lalu
1. Karung Goni Basah
Ini adalah APAR versi paling sederhana dan paling mudah ditemui di dapur-dapur zaman dulu.
- Cara Kerja: Prinsipnya sangat mendasar namun efektif: smothering atau menyelimuti. Karung goni yang tebal dicelupkan ke dalam air hingga basah kuyup, lalu dengan cepat ditutupkan ke sumber api kecil, seperti kompor yang menyala atau tumpahan minyak lampu. Tindakan ini secara instan memutus suplai oksigen, salah satu dari tiga elemen utama api, sehingga api pun padam.
- Konteks Penggunaan: Menjadi andalan utama ibu rumah tangga untuk mengatasi insiden kecil di area dapur atau tungku masak.
2. Pasir dan Tanah
Sebelum ada APAR Powder, alam sudah menyediakan pasir pemadam api yang efektif.
- Cara Kerja: Sama seperti
karung goni, pasir atau tanah kering yang dilemparkan langsung ke dasar api berfungsi untuk menutupi bahan bakar. Lapisan pasir ini memisahkan material yang terbakar dari oksigen di udara, sehingga reaksi pembakaran berhenti. - Konteks Penggunaan: Di masa lalu, pemandangan ember-ember kaleng berisi pasir yang berjejer rapi di stasiun kereta api, pasar, terminal, hingga pom bensin adalah hal yang sangat umum.
3. Gentong Air dan Rantai Manusia
Ini adalah manifestasi sejati dari semangat gotong royong.
- Cara Kerja: Saat kebakaran rumah terjadi di sebuah kampung padat, warga akan sigap membentuk “rantai manusia”. Ini adalah sistem estafet di mana ember-ember air dioperkan dari tangan ke tangan, mulai dari sumber air terdekat (seperti sumur atau sungai) hingga ke orang terdepan yang menyiramkan air ke api. Gentong-gentong tanah liat besar biasanya ditempatkan di sudut-sudut kampung sebagai tandon air siaga.
- Konteks Penggunaan: Tulang punggung utama
cara memadamkan api zaman duluuntuk skala kebakaran yang lebih besar di pemukiman.
4. Galah Bambu Berkait (Ganco)
Alat ini memiliki fungsi yang unik dan strategis.
- Cara Kerja: Ganco tidak digunakan untuk memadamkan api secara langsung. Sebaliknya, galah panjang dan kuat ini digunakan untuk merobohkan atau meruntuhkan bagian bangunan (biasanya dari kayu atau bambu) yang sudah terbakar. Tujuannya adalah untuk menciptakan sekat bakar (firebreak), mencegah api menjalar ke rumah-rumah tetangga yang saling berdempetan.
- Konteks Penggunaan: Sangat vital dalam
sejarah pemadam kebakarandi kota-kota dengan pemukiman padat.
5. Kentongan Bambu sebagai Alat Pemadam Kebakaran Tradisional Peringatan
Jika alat lain untuk memadamkan, yang satu ini adalah untuk memberi peringatan.
- Cara Kerja: Kentongan bambu yang ada di gardu ronda atau depan rumah akan dipukul dengan ritme khusus yang cepat dan berulang-ulang, yang dikenal sebagai “titir”. Suara ini berfungsi sebagai sistem alarm komunal, memberitahu seluruh warga akan adanya bahaya kebakaran dan secara efektif memanggil bantuan.
- Konteks Penggunaan: Sistem alarm kebakaran paling efektif sebelum era sirine dan telepon.
6. Pompa Air Manual (Brandspuit Tangan)
Inilah cikal bakal mobil pemadam kebakaran modern.
- Cara Kerja: Sebuah pompa mekanis yang ditarik menggunakan gerobak atau dipikul oleh beberapa orang. Dibutuhkan sekitar 4-6 orang untuk mengoperasikan tuas pompa secara bergantian, yang kemudian akan menyedot air dan menyemprotkannya melalui sebuah selang sederhana.
- Konteks Penggunaan: Umumnya dimiliki oleh tim pemadam kebakaran kota di era kolonial, seperti yang terekam dalam banyak arsip foto
pemadam kebakaran Batavia.
7. Pelepah dan Daun Pisang
Ini adalah alat pemadam kebakaran tradisional yang menunjukkan pemanfaatan alam secara cerdas.
- Cara Kerja: Pelepah atau daun pisang yang masih segar mengandung banyak air. Ia digunakan dengan cara ditepuk-tepukkan secara cepat pada api kecil di semak-semak atau rumput kering. Selain itu, sering juga digunakan sebagai perisai panas sementara bagi mereka yang mencoba mendekati api.
- Konteks Penggunaan: Kearifan lokal yang umum dijumpai di daerah pedesaan atau perkebunan.
Kesimpulan
Melihat kembali ketujuh alat di atas, kita bisa melihat sebuah pola yang mengagumkan: semangat gotong royong dan kecerdasan dalam memanfaatkan benda-benda sederhana. Cara memadamkan api zaman dulu sangat bergantung pada partisipasi komunal dan kearifan lokal. Meskipun teknologi modern telah memberikan kita peralatan yang jauh lebih canggih, prinsip dasar untuk memadamkan api dengan memisahkan panas, oksigen, atau bahan bakar tetaplah sama. Ini adalah sebuah pengingat akan sejarah pemadam kebakaran kita dan para pahlawan tanpa nama di masa lalu yang dengan gagah berani melawan si jago merah hanya dengan bermodalkan tekad, ember, dan pasir.
Baca Juga Artikel Lainnya Disini