Dalam situasi darurat kebakaran, musuh utama bukanlah api itu sendiri, melainkan kepanikan. Kepanikan melumpuhkan logika dan menyebabkan tindakan yang salah, sementara prosedur yang jelas adalah penawarnya yang paling ampuh. Sebuah SOP Alat Pemadam Kebakaran yang baik bukanlah sekadar dokumen formalitas untuk memenuhi audit, melainkan sebuah peta jalan yang vital. Ia memandu setiap tindakan individu dalam sebuah organisasi menjadi terukur, cepat, dan yang terpenting, aman. Jika Anda bertanggung jawab atas keselamatan di tempat kerja, artikel ini akan membedah 7 poin wajib yang harus ada dalam setiap prosedur darurat kebakaran Anda.

Baca Juga : Harus Tahu! Ini SOP Penggunaan APAR
7 Poin Kunci dalam Setiap SOP Alat Pemadam Kebakaran
1. Poin 1: Tujuan dan Ruang Lingkup
Setiap dokumen formal harus dimulai dengan fondasi yang jelas. SOP Anda wajib memiliki bagian Tujuan untuk mendefinisikan misinya (contoh: “Memberikan panduan tindakan yang cepat, tepat, dan aman dalam penggunaan APAR untuk memadamkan api tahap awal”). Selain itu, tentukan juga Ruang Lingkup untuk menetapkan batasan keberlakuan prosedur (contoh: “Prosedur ini berlaku untuk seluruh karyawan, kontraktor, dan tamu yang berada di dalam area Perusahaan A”).
2. Poin 2: Identifikasi Peran dan Penanggung Jawab
Saat darurat, kejelasan peran akan mencegah kebingungan dan tumpang tindih komando. Implementasi SOP yang sukses bergantung pada penunjukan tanggung jawab yang spesifik. Rincikan siapa saja yang terlibat dalam struktur tanggap darurat, misalnya:
- Tim Tanggap Darurat (ERT): Tim khusus yang dilatih untuk tindakan pemadaman.
- Floor Warden: Penanggung jawab di setiap lantai untuk memandu evakuasi.
- Petugas K3: Koordinator keseluruhan dan penanggung jawab investigasi.
- Seluruh Karyawan: Tanggung jawab dasar untuk melapor dan mengikuti arahan.
3. Poin 3: Prosedur Aktivasi Peringatan Dini (Alarm)
Apa yang harus dilakukan pertama kali saat melihat api? SOP harus menjawab ini dengan tegas. Prosedur ini dapat mengacu pada konsep R.A.C.E. (Rescue, Alarm, Confine, Extinguish/Evacuate). Fokus utamanya adalah pada Alarm. SOP harus merinci langkah-langkah seperti: cara mengaktifkan Manual Call Point (tombol alarm), siapa yang harus segera dihubungi, dan daftar nomor telepon darurat internal (Security, ERT) serta eksternal (Dinas Pemadam Kebakaran 113).
4. Poin 4: Prosedur Penggunaan APAR dalam SOP Alat Pemadam Kebakaran
Ini adalah inti teknis dari prosedur ini. Sebagai contoh SOP APAR yang baik, dokumen Anda wajib mencantumkan panduan penggunaan alat yang terstandarisasi. Metode yang diakui secara global dan wajib dilatihkan adalah teknik P.A.S.S., yang merupakan singkatan dari:
- Pull (Tarik Pin Pengaman)
- Aim (Arahkan Nozel ke dasar api)
- Squeeze (Tekan tuas sepenuhnya)
- Sweep (Sapu dari sisi ke sisi)
5. Poin 5: Kriteria Bertindak vs. Evakuasi
Seorang pahlawan dan korban seringkali dibedakan oleh kemampuannya menilai situasi. SOP harus memberikan batasan yang sangat jelas kapan seorang karyawan boleh mencoba memadamkan api dan kapan mereka harus segera melakukan evakuasi. Kriteria untuk bertindak umumnya adalah: api masih kecil dan terkendali, mengetahui jenis bahan yang terbakar, dan memiliki jalur evakuasi yang bebas di belakang Anda. Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka prosedur evakuasi harus menjadi prioritas.
6. Poin 6: Prosedur Pelaporan dan Dokumentasi Insiden
Setiap insiden kebakaran, bahkan yang berhasil dipadamkan dalam hitungan detik, adalah “nyaris celaka” (near miss) yang berharga. SOP harus mencakup alur pelaporan insiden ke atasan langsung dan/atau departemen K3. Tujuannya adalah untuk dokumentasi, investigasi akar penyebab, dan evaluasi untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Ini adalah bagian krusial dari standar K3 pemadam kebakaran yang berbasis perbaikan berkelanjutan.
7. Poin 7: Jadwal Pelatihan dan Simulasi Wajib dalam SOP Alat Pemadam Kebakaran
Sebuah SOP hanyalah tumpukan kertas jika tidak pernah dilatihkan. Oleh karena itu, dokumen SOP yang kuat harus mencantumkan klausul yang mewajibkan adanya program pelatihan dan simulasi. Detailkan frekuensinya, misalnya: “Pelatihan teori dan praktik penggunaan APAR wajib diadakan bagi seluruh karyawan baru dan diulang setiap 12 bulan sekali. Simulasi kebakaran atau fire drill wajib dilaksanakan minimal setiap 6 bulan sekali.”
Kesimpulan
Ketujuh poin esensial di atas adalah pilar yang akan membuat SOP alat pemadam kebakaran Anda menjadi dokumen yang kuat dan fungsional. Ingatlah selalu bahwa SOP yang efektif adalah dokumen hidup ia harus disosialisasikan secara luas, dilatihkan secara rutin, dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan relevansinya. Kesiapsiagaan yang dibangun melalui SOP yang solid adalah investasi terbaik dan paling tak ternilai dalam menciptakan budaya keselamatan kerja yang tangguh.